Jumat, 09 Mei 2014

PUISI: Dan air mata takkan cukup



Dan  air mata takkan cukup

Dahulu,
Dahulu sekali
Kala tangan-tangan kita masih berjabat
Dan mata kita masih saling memancarkan cahya teduh
Dirimu adalah angin kehidupan dalam sahara landai hatiku
Namun,
Janji hati yang kita semai bersama
Kini berganti sembilu beraroma duka
Selaksa nila telah kau titikkan dalam bejana nuraniku
Kau pergi
Bersama dia,
Dia
Peri dusta berwujud kasih itu
Hambar,
Bahkan kini hidupku berganti pahit
Mengapa,
Mengapa semua tak terjemahkan
Oleh kata dan rasa?
Mungkinkah hatiku telah kelu dan berkalang pusara?
Ataukah ini adalah
Sensasi stadium akhir
dari luka cinta yang kau tinggalkan?
Duhai…
Andai kutak menggubris senyum manismu kala itu
Mungkin luka menganga
tak kan bersarang dalam diri
Kesakitanku amatlah pedih
Melebihi luka yang terjamah air cuka
Dan air mata takkan cukup
Mengumbar segala.
kini
biarkan ku berdamai
dengan racun cinta yang kau hadiahkan
agar ku selalu terkenang
pahit empedu rindu khianatmu

pondok madinah, 05 desember 2013 (hadiah untuk diriku)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar