Rabu, 28 Mei 2014

PUISI: SRIKANDI BUGIS



Srikandi Bugis

Apakah telah kau dengar

cerita tentang Srikandi  Bugis
Yang berani mengukir sejarah
Menentang pulazi rezim kolonial?
Ia yang hikmat berpendirian:
Ininnawakku muwita
Mau natuddu’ solo’
Mola linrung muwa.
Ratna Kencana Colliq Pujie,
Tangannya  menganggit epos sakral
dan dunia melirik kearifan Timur
beritanya abadikan petuah
Elong, Sure’ Baweng dan La Toa
Pada negeri ia tiupkan darah ketekunan
Karena hatinya percaya
Pada pemuda pewaris Lontara.
Dengarlah!
Dunia telah mengabarkannya
Bangunlah!
Karena gumamnya telah bernyanyi
Nyanyian pemantik semangat:
O anak aja’ mu terri
Ku pakkuru’ sumange’mu
O anak, aja’ mu terri.

Pondok Madinah, 15 Mei 2014
Syahrir al-Ghifary
Bidang kaderisasi FLP Makassar           

PUISI: Andai kau kenali aibku



Andai kau kenali aibku
(Syahrir al-Ghifary)

Petang ini memaksaku mengandai
Tentang segala ihwal hidup dalam pertemanan kita
Tanyaku menggumpal dalam kepala
Yang massanya tak lagi sanggup ku tampung
Maka dengarkanlah!

Andai kau kenali aibku
Mungkinkah kau menjauh dariku
Sedang kini kita bersama
Andai kau kenali dosaku
Masihkah kau berbagi rasa denganku
Sedang kini kita larut di dalamnya
Andai kau mengerti papa hidupku
Masihkah kau ingin mengenalku
Sedang kini kita belajar untuk saling mengerti.

Bukan lantaran takut segala nistaku
Kau ketahui lantas aku was-was
Bukan, bukan karena itu
Tapi karena ketakutanku akan
jiwa yang tak utuh,
hati yang tak hidup,
 cerita yang ganjil,
lelucon yang hambar,
kenangan yang menguap,
denting waktu yang memenjara masa,
senyum yang kecut,
lelah yang mematikan
dan sederet kecemasan-kecemasan lainnya.

 Harapku kau tak sungkan atas segala adicacat
yang melekat padaku.
Aku ingin memanggilmu dengan mesra
Panggilan yang dahulu dilafalkan oleh Lelaki Agung
kepada para penyerta kisahnya; sahabat.


 Pondok Madinah 28-05-2014


Artikel: Politikus dan Kamera 360



Politikus dan kamera 360

Mengawali tulisan ini, mari sejenak memberi ucapan selamat kepada anggota DPRD yang telah resmi menduduki kursi jabatan, meski beberapa masih sementara kasak-kusuk dengan laporan kecurangan dan lain sebagainya.
Ada hal menarik yang patut menjadi perenungan kita bersama.  Jika kita flashback sebelum pemilu Legislatif kemarin, begitu riuhnya perayaan pesta demokrasi itu. Betapa tidak, para calon anggota Legislatif membuat banyak gebrakan dengan bersentuhan langsung ke grass root (masyarakat). Ada yang menggunakan jasa artis untuk mendulang suara, menabur seribu janji lewat podium dan ribuan baligho, ada juga yang tampil apa adanya. Hal terakhir dapat disebabkan karena ingin tampil secara alami dan ada juga karena alasan dana kampanye yang minim. Tampilan di baligho dan televisi pun harus diedit sedemikian rupa hingga betul-betul kelihatan gagah dan rupawan. Tak ayal jasa edit gambar dan reklame kebanjiran orderan. sifat ingin tampil sempurna para politikus ini tak ubahnya seperti aplikasi canggih yang sedang digandrungi masyarakat sekarang ini yang disebut kamera 360. Lihat saja namanya, kamera ini mampu mengubah hasil tangkapan obyek dari wajah yang kusem, kucel, hitam dan jelek menjadi gambar yang gagah dan rupawan. Betul-betul dapat merubah 360 derajat dari objek aslinya. Hal tersebut disebabkan karena tentu ingin tampil perfect di mata konstituen-nya.
Namun perfeksionisme berlebihan memiliki dampak negative. Dalam dunia psikologi, perfeksionisme berlebihan adalah gejala kelainan psikis yang diderita oleh seseorang. Dalam 16 Faktor Personal yg dijabarkan Raymond Cattell, Perfeksionis ditempatkan di Level Tertinggi Gangguan Jiwa, yang dideskripsikan sebagai kondisi orang yg "terorganisir, kompulsif, terlalu disiplin, memiliki hasrat berlebihan, memiliki hasrat utk menguasai /mengontrol, dan terlalu sentimentil". Di sisi lain, Abraham Maslow mengatakan bahwa sifat ingin dihargai dengan jalan tampil sempurna adalah jalan menuju aktualisasi diri (self actualization) dan itu merupakan puncak dari hierarki kebutuhan manusia.
Tak jauh beda dengan pemilihan anggota Legislatif, pemilihan presiden yang akan dihelat sebentar lagi telah terdengar gaungnya sejak beberapa waktu silam. Para kandidat silih berganti “mempercantik citra” lewat berbagai media . Tiap beberapa detik kita bisa saksikan calon Presiden dan wakilnya menyemai janji dan cerita kehebatan program mereka di televisi. Bentuk programnya pun beragam; ada yang berupa bantuan kredit petani dan pedagang, perbaikan infrastruktur, serta program beasiswa pendidikan. Menanggapi hal itu, sebagian masyarakat awam berpendapat bahwa hal itu merupakan artificial act (tindakan kepura-puraan) yang sifatnya temporer atau sementara. Mereka justru berharap bahwa program itu bukan sebuah kepura-puraan dan dapat bernafas panjang (long lasting), tidak hanya ada pada masa kampanye. Seorang teman menuliskan anekdot pada dinding facebook tentang tingkatan nilai mahasiswa ketika kuliah dan implikasinya terhadap masa depan. Seorang mahasiswa dengan nilai rata-rata A+ dapat diasumsikan akan menjadi seorang Profesor, Doktor ataupun ilmuwan. Mahasiswa dengan nilai rata-rata A atau B+ diasumsikan akan menjadi seorang guru sedangkan Range nilai dari B sampai D diasumsikan akan menjadi pekerja atau buruh. Nilai F diasumsikan  akan menjadi CEO sebuah perusahaan sedangkan mahasiswa yang mendapat nilai melalui kecurangan (cheat) disinyalir besar kemungkinan akan menjadi seorang politikus.
Tentu saja anekdot tersebut tidak sepenuhnya benar karena Negara ini dalam rentang sejarahnya memiliki polikus andal sekaliber Seoekarno, Adam Malik, Alamsyah Prawiranegara, M. Natsir, Sjahrir dan lain sebagainya yang notabene adalah orang-orang dengan kecerdasan di atas rata-rata. Hal itu dibuktikan pula dengan rekam jejak karya monumental mereka di tiap fase kehidupan masing-masing tokoh. Mario Teguh dalam sebuah episode acara inspiratifnya pernah berpesan bahwa orang takkan pernah berhasil berpura-pura dalam jangka waktu yang lama. Di lain waktu beliau menuliskan di media Twitter bahwa perbuatan salah adalah biasa bagi manusia, tapi perbuatan pura-pura itulah sebenarnya yang menimbulkan permusuhan dan pengkhianatan. Semoga Rakya Indonesia tak memberi ruang bagi pemimpin yang penuh kepura-puraan dan bersembunyi dibalik topeng kamera 360.  (awal Mei 2014)

Syahrir



Mahasiswa Pascasarjana ELS 2012 Universitas Hasanuddin
Penerima Beasiswa Bakrie Graduate Fellowship (BGF)
Penggiat Forum Lingkar Pena Cabang Makassar

Jumat, 09 Mei 2014

PUISI:Tiap nyawa punya cerita



Tiap nyawa punya cerita

Tiap nyawa punya cerita
Karena guratan waktu yang terlewati
Adalah pendar memori
Yang siap dikobarkan kapan saja
Ia menyimpan sekam
pada nyala masa yang mengabadi

Setapak kita mungkin beda
Namun pelangi identik berkibar pada tiap cerita
Duka dan bahagia bersahutan
Pisah dan berkumpul berkelindan
Baik dan jahat berbalasan
Amal dan dosa berkejaran
Surga dan neraka berbayang-bayang

Kuingin bercerita
Agar ceritaku menjadi ceritamu
Kumau menyelami ceritamu
Biar hikmahmu menyatu dalam relung
Jalan beda tak mesti menitip benci
Cerita beragam tak harus berbangga congkak
Sebab Nilai diri adalah laku

Biarkan hati menunduk takzim
Namun karya menjulang takbir
Biarkan sehela nafas mengudara
Namun nafas baru telah merongga dada
Karena tak sesiapa tahu
Cerita mana menjelma mahar
Buat mengetuk gerbang surga-Nya.

Pondokan Madinah,Jumat, 09 mei 2014
Syahrir
Anggota FLP Ranting Universitas Hasanuddin
081259649173