Dan air mata takkan cukup
Dahulu,
Dahulu
sekali
Kala
tangan-tangan kita masih berjabat
Dan
mata kita masih saling memancarkan cahya teduh
Dirimu
adalah angin kehidupan dalam sahara landai hatiku
Namun,
Janji
hati yang kita semai bersama
Kini
berganti sembilu beraroma duka
Selaksa
nila telah kau titikkan dalam bejana nuraniku
Kau
pergi
Bersama
dia,
Dia
Peri
dusta berwujud kasih itu
Hambar,
Bahkan
kini hidupku berganti pahit
Mengapa,
Mengapa
semua tak terjemahkan
Oleh
kata dan rasa?
Mungkinkah
hatiku telah kelu dan berkalang pusara?
Ataukah
ini adalah
Sensasi
stadium akhir
dari
luka cinta yang kau tinggalkan?
Duhai…
Andai
kutak menggubris senyum manismu kala itu
Mungkin
luka menganga
tak kan
bersarang dalam diri
Kesakitanku
amatlah pedih
Melebihi
luka yang terjamah air cuka
Dan air
mata takkan cukup
Mengumbar
segala.
kini
biarkan
ku berdamai
dengan
racun cinta yang kau hadiahkan
agar
ku selalu terkenang
pahit
empedu rindu khianatmu
pondok madinah, 05 desember 2013 (hadiah untuk diriku)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar