SELAMAT
HARI SUMPAH PEMUDA
1928_
SOEMPAH PEMOEDA
2000_SUMPAH
PEMUDA
2012_SUMPAH
loe PEmuda! ciyuZ? Miapah
Beberapa waktu yang lalu ketika
menjelang peringatan hari sumpah pemuda tanggal 28 Oktober 2012 saya melihat
ada hal yang menarik untuk diamati bersama. Ramai di situs jejaring social
maupun SMS (short message service) tertulis ucapan Selamat Hari Sumpah Pemuda
dengan beberapa tambahan tulisan kontras mengenai versi sumpah pemuda dari
jaman lahirnya di tahun 1928, era modernisasi tahun 2000 dan juga tahun ini
(baca: 2012). Menariknya di tahun ini, 2012, gaya penulisannya mengikuti suatu
fenomena remaja yang sedang booming, yakni fenomena gaya Alay. Tak ada yang
tahu pasti mengenai latar belakang munculnya fenomena Alay, namun menurut saya yang pasti bahwa ini adalah
sebuah proses lahirnya kebudayaan baru dalam dunia remaja, terlepas dari meniru
gaya dari kultur bangsa lain atau tidak. Fenomena Alay ini bukan hanya
menciptakan “bahasa Alay” yang sangat jauh berbeda dari bahasa Indonesia yang
notabene dalam teks Sumpah Pemuda diikrarkan sebagai bahasa persatuan, namun
juga kultur lain seperti gaya berbusana, gaya bersikap, tutur kata bahkan boleh
jadi gaya berfikir yang jauh dari semangat Sumpah Pemuda itu sendiri.
Jika
kita menapak
tilasi sejarah sumpah pemuda, maka kita akan melihat Sumpah Pemuda sebagai bukti otentik bahwa pada
tanggal 28 oktober 1928 Bangsa Indonesia dilahirkan. Sumpah Pemuda juga
merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu
tanah air, satu bangsa dan satu bahasa, oleh karena itu seharusnya seluruh
rakyat Indonesia memperingati momentum 28 oktober sebagai hari lahirnya bangsa
Indonesia, proses kelahiran Bangsa Indonesia ini merupakan buah dari perjuangan
rakyat yang selama ratusan tahun tertindas dibawah kekuasaan kaum kolonialis
pada saat itu, kondisi ketertindasan inilah yang kemudian mendorong para pemuda
pada saat itu untuk membulatkan tekad demi Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup
Orang Indonesia. Tekad inilah yang menjadi komitmen perjuangan rakyat Indonesia
hingga berhasil mencapai kemerdekaannya 17 tahun kemudian yaitu pada 17 Agustus
1945. Saat itu para
pemuda dari berbagai “Jong” mendorong para gologan tua agar cepat
memerdekakan Indonesia. Mereka tidak mau menyia-nyiakan waktu yang ada agar
segera bisa melihat Indonesia merdeka.
Namun kita mungkin akan bertanya, apa yang terjadi pada generasi muda saat ini? Apakah
semangat sumpah pemuda masih ada dalam hati mereka? Apakah usaha mereka untuk
negeri tercinta ini “INDONESIA’ ? Apakah mereka ingat dengan perjuangan pahlawan?
Mungkin mereka lebih ingat akan hari valentine dibanding hari SUMPAH
PEMUDA. Inilah realita yang terjadi pada pemuda-pemudi saat ini. Generasi
muda saat ini lebih mementingkan urusan pribadi dibandingkan dengan
kepentingan bersama, contohnya pemuda saat ini lebih senang jika jalan-jalan
atau melakukan sesuatu untuk kesenangan pribadi dibandingkan bergotong royong
atau merundingkan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk orang banyak. Dari segi
lain generasi muda saat ini lebih senang berkelompok atau bergeng, tidak mau
bersatu dengan yang lainnya. Hal ini yang membuat generasi muda banyak
berselisih tentang hal yang sepele atau tidak penting. Kita bias melihat
akhir-akhir ini semakin banyaknya kasus tawuran antar pelajar atau mahasiswa.
Bahkan yang lebih membuat miris hati, ada yang menjadi tumbal dalam peristiwa
itu.
Selain itu saat ini norma dan
budaya mulai ditinggalkan oleh para generasi muda. Misalnya para generasi
muda saat ini lebih memilih hal-hal yang berbau globalisasi contohnya mereka
lebih memilih tarian modern seperti: Breakdance, Gangnam Style, Shuffle, dll
dibandingkan tarian tradisional seperti: tari jaipong, tari saman, dll. Oleh
sebab itu banyak Negara yang memanfaatkan kelemahan generasi muda kita dengan
mengakui budaya-budaya kita misalnya Malaysia yang mengakui tari pendet, batik,
reog, dll sebagai budaya mereka. Selain itu dari segi busana (fashion) mereka
lebih condong menggunakan budaya barat yang memamerkan aurat mereka tidak
seperti pakain tradisional yang tertutup. Pertanyaannya mengapa mereka lebih
memilih budaya luar dibanding budaya dalam negri? Malu? Takut diledekin teman?
Mungkin sebagian besar menjawab biar tidak ketinggalan jaman.
Bahasa Indonesia pun mulai
ditinggalkan oleh para pemuda mereka lebih memilih bahasa inggris dan bahasa
gaul seperti bahasa Alay yang digunakan sehari-hari. Kalah dengan para turis
yang ingin bisa belajar bahasa Indonesia. Dari segi normapun mereka
lebih condong menggunakan norma barat yang individualis, misalnya ada beberapa
pemuda yang tidak hormat terhadap yang lebih tua kalau jaman dahulu ada orang
tua mereka pamitan/salaman sebelum berpergian tapi sekarang sudah jarang
dilakukan selain itu jaman dahulu jikalau ada orang/tetangga yang sedang
dipinggir jalan dan kita lewat kita mengucapkan permisi/menyapa tapi sekarang
saling cuek tidak memperhatikan sekitarnya contoh ini banyak ditemukan pada
wilayah perumahan. Padahal dulu norma kita sangat dihargai oleh para wisatawan
Negara lain karena begitu besar jiwa sosialisasi bangsa kita.
Namun dibalik semua itu, kita masih
patut berbangga hati, bahwa masih ada Pemuda Indonesia yang berprestasi di
tingkat nasional maupun internasional. Beberapa di antaranya ekspedisi
penaklukan Puncak Gunung Elbrus di Rusia oleh tim mahasiswa Universitas
Hasanuddin, olimpiade internasional, lomba menyanyi, festival film dan masih
banyak lagi prestasi yang di raih oleh pemuda Indonesia. Hal ini menunjukkan
bahwa masih ada semangat Sumpah Pemuda dalam hati generasi muda Indonesia saat
ini.
Semoga dengan peringatan Sumpah Pemuda
tiap tahunnya, dapat menjadi lecutan semangat bagi para pemuda Indonesia untuk
terus berkarya dan mengisi kemerdekaan Indonesia dengan prestasi yang dapat
mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional. Bergeraklah wahai pemuda
Indonesia! Semoga hanya ledakan kiamat yang dapat menghentikan langkah kita!
Hiduplah tanahku, hiduplah negriku, bangsaku, rakyatku, semuanya!
SYAHRIR, Mahasiswa Pascasarjana UNHAS
English Language Studies konsentrasi Pendidikan
Angkatan 2012. 081259649173
Tidak ada komentar:
Posting Komentar